Saturday, 30 May 2015

Zaman Kejayaan Islam

Zaman Kejayaan Islam (sek. 750 M - sek. 1258 M) adalah masa ketika para filsuf, ilmuwan, dan insinyur di Dunia Islam menghasilkan banyak kontribusi terhadap perkembangan teknologi dan kebudayaan, baik dengan menjaga tradisi yang telah ada ataupun dengan menambahkan penemuan dan inovasi mereka sendiri.
Penyebab
Banyak dari perkembangan dan pembelajaran ini dapat dihubungan dengan geografi. Bahkan sebelum kehadiran Islam, kota Mekah merupakan pusat perdagangan di Jazirah Arab dan Muhammad sendiri merupakan seorang pedagang. Tradisi ziarah ke Mekah menjadi pusat pertukaran gaagasan dan barang. Pengaruh yang dipegang oleh para pedagang Muslim atas jalur perdagangan Afrika-Arab dan Arab-Asia sangat besar sekali. Akibatnya, peradaban Islam tumbuh, berkembang, dan meluas dengan berdasarkan pada ekonomi dagangnya, berkebalikan dengan orang-orang Kristen, India, dan Cina yang membangun masyarakat dengan berdasarkan kebangsawanan kepemilikan tanah pertanian. Pedagang membawa barang dagangan dan menyebarkan agama mereka ke Cina (berujung pada banyaknya penduduk Islam di Cina dengan perkiraan jumlah sekitar 37 juta orang, yang terutama merupakan etnis Uyghur Turk yang wilayahnya dikuasai oleh Cina), India, Asia tenggara, dan kerajaan-kerajaan di Afrika barat. Ketika para pedagang itu kembali ke Timur Tengah, mereka membawa serta penemuan-penemuan dan ilmu pengetahuan baru dari tempat-tempat tersebut.
Filsafat
Hanya dalam bidang filsafat, para ilmuwan Islam relatif dibatasi dalam menerapkan gagasan-gagasan nonortodoks mereka. Meskipun demikian, Ibnu Rushd dan polimat Persia Ibnu Sina membberikan kontribusi penting dalam melanjutkan karya-karya Aristoteles, yang gagasan-gagasannya mendominasi pemikiran nonkeagamaan dunia Islam dan Kristen. Mereka juga mengadopsi gagasan-gagasan dari Cina dan India, yang dengan demikian menambah pengetahuan mereka yang sudah ada sebelumnya. Ibnu Sina dan para pemikir spekulatif lainnya seperti al-Kindi dan al-Farabi menggabungkan Aristotelianisme dan Neoplatonisme dengan gagasan-gagasan lainnya yang diperkenalkan melalui Islam.
Literatur filsafat Arab diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan bahasa Ladino, yang ikut membantu perkembangan filsafat Eropa modern. Sosiolog-sejarawan Ibnu Khaldun, warga Kartago Konstantinus orang Afrika yang menerjemahkan naskah-naskah kedokteran Yunani dan kumpulan teknik matematika Al-Khwarzimi adalah tokoh-tokoh penting pada Zaman Kejayaan Islam. Pada masa ini juga terjadi perkembangan filsuf non-Muslim. Filsuf Yahudi Moses Maimonides yang tinggal di Andalusia adalah salah satu contohnya.
Sains
Banyak ilmuwan penting Islam yang hidup dan berkegiatan selama Zaman Kejayaan Islam. Di antara pencapaian para ilmuwan pada periode ini antara lain perkembangan trigonometri ke dalam bentuk modernnya (sangat menyederhanakan penggunaan praktiknya untuk memperhitungkan fase bulan), kemajuan pada bidang optik, dan kemajuan pada bidang astronomi.
Kedokteran
Kedokteran adalah bagian penting dari kebudayaan Islam Abad Pertengahan. Sebagai tanggapan atas keadaan pada waktu dan tempat mereka, para dokter Islam mengembangkan literature medis yang kompleks dan banyak yang meneliti dan menyintesa teori dan praktik kedokteran.
Kedokteran Islam dibangun dari tradisi, terutama pengetahuan teoretis dan praktis yang telah berkembang sebelumnya di Yunani, Romawi, dan Persia. Bagi para ilmuwan Islam, Galen dan Hippokrates adalah orang-orang yang unggul, disusul oleh para ilmuwan Hellenik di Iskandariyah. Para ilmuwan Islam menerjemahkan banyak sekali tulisan-tulisan Yunani ke bahasa Arab dan kemudian menghasilkan pengetahuan kedokteran baru dari naskah-naskah tersebut. Untuk menjadikan tradisi Yunani lebih mudah diakses, dipahami, dan diajarkan, para ilmuwan islam mengusulkan dan menjadikan lebih sistematis pengetahuan kedokteran Yunani-Romawi yang luas dan kadang inkonsisten dengan cara menulis ensikolpedia dan ikhtisar.
Pembelajaran Yunani dan Latin dipandang sangat jelek di Eropa Kristen Abad Pertengahan Awal, dan baru pada abad ke-12, setelah adanya penerjemahan dari bahasa Arab membuat Eropa Abad Pertengahan kembali mempelajari kedokteran Hellenik, termasuk karya-karya Galen dan Hippokrates. Dengan memberikan pengaruh yang setara atau mungkin lebih besar di Eropa Barat adalah Kanon Kedokteran karya Ibnu Sina, yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan dibuat manuskrip lalu dicetak dan disebarkan ke seluruh Eropa. Selama abad kelima belas dan keenam belas saja, karya tersebut diterbitkan lebih dari lima kali.
Di dunia Islam Abad Pertengahan, rumah sakit mulai dibangun di semua kota besar, misalnya di Kairo, rumah sakit Qalawun memiliki staf pegawai yang terdiri dari dokter, apoteker, dan suster. Orang juga dapat mengakses apotek, dan fasilitas penelitian yang menghasilkan kemajuan pada pemahaman mengenai penyakit menular, dan penelitian mengenai mata serta mekanisme kerja mata.
Perdagangan
Selain di sungai Nil, Tigris dan Efrat, sungai-sungai yang dapat dilalui tidaklah banyak, jadi perjalanan lewat laut menjadi sangat penting. Ilmu navigasi amat sangat berkembang, menghasilkan penggunaan sekstan dasar (dikenal sebagai kamal). Ketika digabungankna dengan peta terinci pada periode ini, para pelaut berhasil berlayar menjelajahi samudara dan tak lagi perlu bersusah payah melalui gurun pasir. Para pelaut muslim juga berhasil menciptakan kapal dagang besar bertiang tiga ke Laut Tengah. Nama karavel kemungkinan berasal dari perahu terawal Arab yang dikenal sebagai qārib.[1] Sebuah kanal buatan yang menghubungkan sungai Nil dengan Terusan Suez dibangun, menghubungkan Laut Merah dengan Laut Tengah meskipun itu sering berlumpur.
Sumber: klik disini

Thursday, 28 May 2015

Cara Menganalisis Puisi

BAB I
 
BAHAN KAJIAN
Puisi yang kami kaji, pada kesempatan kali ini adalah puisi yang berjudul ”Surat” yang di ambil dari sebuah Antologi Puisi “Nyanyian Sufi” karya Musafir Hayat. Untuk mudahnya, baiklah di bawah ini akan dikutip kembali puisi tersebut secara lengkap.
Surat
mengapa ada sepi, pada mata yang luka?
membaca suratmu
laksana nyalakan lentera, saat gulita
suratmu kudus, perawan
pada tiap potong mozaik zaman
membaca lagi suratmu
hatiku bergetar riuh
dalam dekapan rindu
suratmu adalah pelukan resah
dimana senyap merayap
meluruh pada sajadah
airmata yang tumpah
deras jatuh membuncah
suratmu bicara
menembus ruang hampa, nircahya
menyapu hati beku, jasad kaku
getar meregang
urat nadi yang insyaf
sesali bara yang jadi abu?
suratmu memapah
tapaki lembaran baru
dengan langkah tertatih
hadapkan wajah penuh nanah
pada terang rona purnama
suratmu menyapa
jiwa yang mokhsa
pada lanskap cahaya
tanpa warna rupa
suratmu adalah tekateki
yang selesai ku terka
saat api hangatkan badan
suratmu telah kubaca
mengapa ada sunyi, pada hati yang duka?
BAB II
 
ANALISIS BAHAN KAJIAN
 
Puisi atau sajak adalah sebuah struktur yang kompleks, sehingga untuk memahaminya perlu dianalisis sehingga dapat diketahui bagian-bagian serta jalinannya secara nyata. Dalam hal ini, analisis yang bersifat dikotomis, yaitu pembagian bentuk dan isi, belumlah dapat memberi gambaran yang nyata dan tidak memuaska (Wellek dan Warren, 1968: 140)
Dalam menganalisis lapis makna puisi pada dasarnya merupakan tahap lanjutan dari kegiatan menganalisis bangun struktur puisi. Meskipun demikian, kegiatan analisis lapis makna puis dapat juga dilaksanakan secara terpisah, dan hanya pada aspek-aspek tertentu melibatkan masalah analisis bangun struktur puisi, (Aminuddin, 2000: 151).
Sebagai suatu totalitas yang dibentuk oleh elemen atau unsur intrinsik tertentu, puisi menurut Wellek dapat dibagi menjadi beberapa lapis, yang meliputi:
  1. lapis bunyi atau sound stratum
  2. lapis arti atau units of meaning
  3. lapis dunia atau realitas yang digambarkan penyair
  4. lapis dunia atau realitas yang dilihat dari titik pandang tertentu
  5. lapis dunia yang bersifat metafisis
2. 1.  Analisis Lapis Bunyi atau Sound Stratum
 
Lapis bunyi atau sound stratum merupakan rangkaian bunyi yang dibatasi jeda endek, agak panjang, dan panjang. Tetapi suara tersebut bukan hanya sebatas bunyi tanpa arti. Melainkan suara yang sesuai dengan konvensi bahasa, disusun dengan seksama hingga menimbulkan arti. Dengan adanya satuan-satuan suara tersebut, orang dapat menangkap artinya.
Dalam puisi ”Surat” kita dapat mendengarkan lapis bunyi, karena didalamnya terdapat serangkaian bunyi kata yang tersusun indah begitu rupa, hingga bisa kita dapati efek puitisnya.
Pada bait pertama, kita dapati pertanyaan retoris (pertanyaan yang tidak menuntut adanya jawaban) dengan ritme suara liris. Kata sepi senada dengan kata luka.
mengapa ada sepi, pada mata yang luka?
Pada bait kedua baris kedua kita jumpai adanya asonansi a dan a, yaitu pada kata lentera dan gulita.
laksana nyalakan lentera, saat gulita
Pada baris ketiga dan keempat kita jumpai aliterasi n dan n, yaitu kata perawan dengan zaman.
suratmu kudus, perawan
pada tiap potong mozaik zaman
Pada bait ketiga baris satu, dua, dan tiga kita jumpai asonansi u dan u, yaitu pada kata suratmu, hatiku, dan rindu.
membaca lagi suratmu
hatiku bergetar riuh
dalam dekapan rindu
Pada bait keempat, baris kesatu, tiga, empat dan lima, terdapat aliterasi h dengan h, yaitu pada kata, resah, sajadah, tumpah, dan membuncah.
suratmu adalah pelukan resah      (1)
meluruh pada sajadah                  (3)
airmata yang tumpah                   (4)
deras jatuh membuncah               (5)
Sedang pada baris kedua kita jumpai asonansi p dan p, yaitu pada kata senyap dan merayap.
dimana senyap merayap
Pada bait kelima baris pertama dan kedua terdapat aliterai a dan a, yaitu pada kata bicara, hampa dan nircahya
suratmu bicara
menembus ruang hampa, nircahya
Sedang pada baris ketiga kita jumpai asonansi u dan u, yaitu pada kata beku dan kaku.
menyapu hati beku, jasad kaku
Pada bait ketujuh, baris satu, tiga dan lima terdapat aliterasi h dan h, yaitu pada kata memapah, langkah, tertatih wajah, nanah,
suratmu memapah                        (1)
dengan langkah tertatih               (3)
hadapkan wajah penuh nanah      (5)
Pada bait kedelapan terdapat aliterasi a dan a, yaitu pada kata menyapa, mokhsa, cahaya, dan rupa.
suratmu menyapa
jiwa yang mokhsa
pada lanskap cahaya
tanpa warna rupa
Pada bait kedelapan baris keempat, tiap katanya juga berasonansi dengan huruf a, yaitu kata, tanpa, warna, dan rupa.
Pada bait kesembilan terdapat asonansi i dan i, yaitu pada kata tekateki, selesai, dan api.
suratmu adalah tekateki
yang selesai ku terka
saat api hangatkan badan
Pada bait kesepuluh terdapat aliterasi a dan a, yaitu pada kata baca dan duka.
suratmu telah kubaca
mengapa ada sunyi, pada hati yang duka?
Dan khusus pada bait sepuluh, baris kedua kita dapati juga pertanyaan retoris sebagai bentuk penegasan sekaligus pengulanagn bait pertama, dengan ritme liris. Kata sunyi senada dengan kata duka.
mengapa ada sunyi, pada hati yang duka?
2.2.  Analisis Lapis Arti atau Units of Meaning

Puisi yang berjudul “Surat” menggambarkan tentang pemaknaan hidup yang disandarkan pada sebuah pokok ajaran religi. Dalam hal ini, nilai-nilai religiusitas tersebut digambarkan dari sebuah pencarian jati diri seseorang. Selain itu, nilai religiusitas juga tercermin dari gambaran ajaran firman Tuhan yaitu kitab suci.
Gambaran tentang seseorang yang dipenuhi kebimbangan, keraguan, dalam proses pencarian sesuatu yang hakiki, dalam agama kita mengenalnya dengan istilah prosesi makrifat, dalam puisi ini tergambar dengan adanya pertanyaan pada bait pertama dan terakhir.
mengapa ada sepi, pada mata yang luka? (bait satu)
mengapa ada sunyi, pada hati yang duka? (bait sepuluh, baris kedua)
Kata sepi dan sunyi menggambarkan adanya kekosongan, kehampaan, dan juga keterasingan pada sebuah subjek personal. Sedang kata mata dan hati menggambarkan sesuatu yang bersifat konkret, bersifat wadag, jasmaniah. Yang secara alamiah dan fitrah kemanusiaan sangat diperlukan oleh seseorang dalam menunjang kehidupannya. Sedangkan kata luka dan duka, yang berintonasi retoris (pertanyaan) bisa dimaknai sesuatu yang harus disembuhkan, dicarikan penawar atau obatnya. Selain itu juga bisa dimaknai, bahwasanya luka dan duka merupakan suatu sebab yang melahirkan adanya akibat.
Penyair juga menggambarkan, bahwasa dalam proses pencarian tersebut pasti ada keterlibatan petunjuk Tuhan, yaitu berupa kitab suci yang berisi dogma-dogma tertentu yang membawa petunjuk. Sebagaimana tertuang pada baris satu dan dua bait kedua:
membaca suratmu
laksana nyalakan lentera, saat gulita
Dan juga tergambar pada tiap permulaan bait, yaitu bait kelima, ketujuh, dan kedelapan. Dimana pada baris tersebut terdapat gambaran secara majas personifikasi tentang kitab suci:
suratmu bicara
suratmu memapah
suratmu menyapa
Penyair  juga menggambarkan bahwasanya setiap pemeluk religi, pasti menyatakan bahwa nilai religiusitas pada religinya adalah yang paling suci, terbaik sepanjang waktu. Hal tersebut digambarkan pada bait kedua baris tiga dan empat.
suratmu kudus, perawan
pada tiap potong mozaik zaman
Dan sebenarnya, setiap individu juga pada hakikatnya tidaklah asing dengan kitab suci yang ia yakini kebenaran dan keabsahannya tersebut. Hal tersebut digambarkan pada bait ketigabaris pertama, kesembilan baris kedua dan tiga dan bait kesepuluh baris pertama:
membaca lagi suratmu               (bait ketiga)
suratmu adalah tekateki             (bait sembilan)
yang selesai ku terka                 (bait sembilan)
suratmu telah kubaca                 (bait kesepuluh)
Penggambaran tentang proses perjalanan taubat yang diawali dengan kebimbangan kita jumpai pada bait ketiga bari dua dan tiga, dan bait keempat baris satu, dua dan tiga:
hatiku bergetar riuh                    (bait ketiga)      
dalam dekapan rindu                  (bait ketiga)
suratmu adalah pelukan resah     (bait keempat)
dimana senyap merayap (bait keempat)
meluruh pada sajadah                (bait keempat)
Akhir penyesalan juga bisa kita lihat pada bait keempat baris empat dan lima, bait kelima baris tiga, empat, dan lima, serta bait tujuh.
airmata yang tumpah                  (bait keempat)
deras jatuh membuncah             (bait keempat)
menyapu hati beku, jasad kaku   (bait kelima)
getar meregang                          (bait kelima)
urat nadi yang insyaf                  (bait kelima)
sesali bara yang jadi abu?          (bait ketujuh)
Gambaran tentang pengharapan ampunan yang amat sangat dan masa depan yang lebih baik bisa tercermin pada bait ketujuh baris dua, tiga dan empat:
tapaki lembaran baru
dengan langkah tertatih
hadapkan wajah penuh nanah

2.3.   Analisis Lapis Ketiga atau Lapis Dunia Realitas

Lapis satuan arti menimbulkan lapis ketiga, berupa objek-objek yang dikemukakan  latar, pelaku, dan dunia pengarang. Dalam lapis ketiga ini, pada puisi ”Surat” ada beberapa hal yang dianalisis, antara lain:
  1. Objek
Sajak ”Surat” didalamnya terdapat dua objek yaitu:
  1. Objek konkret (nyata) yang berupa:
  • Surat
  • Lentera
  • Sajadah
  • Abu
  • Wajah
  • Purnama
  • Badan/ Jasad
  • Nanah
  1. Objek abstrak (non immaterial) yang berupa:
  • Cahaya/ cahya
  • Zaman
  • Teka-teki
  1. Pelaku
  • Pelaku pertama pada sajak ”Surat” adalah ”aku”, dan ”aku” yang dimaksud adalah aku universal, bukan individu peron pengarang. Tetap aku yang meliputi pada seluruh pembacanya.
  • Pelaku kedua adalah ”mu” dan ”mu” disini diintreprestasikan pada ”Mu” yang berarti Tuhan, Allah, yang Khalik, yang menciptakan makhluk.
  • Latar waktu pada sajak  ”Surat” adalah: malam yang sepi
  • Latar tempat pada sajak  ”Surat” adalah: negeri antah brantah/ tempat yang imajiner, hanya ada dalam rekaan pikiran.
  • Latar situasi pada sajak  ”Surat” adalah: keadaan yang mengenaskan, menyedihkan.
  1. Alur Puisi:
Si aku punya permasalahan yang menjadikan dirinya diliputi kebimbangan, keraguan dan ketidak mengertian. Namun, dalam keadaan demikian dirinya tetap mempercayai bahwa semuanya ada jalan keluar atau solusinya. Dan, salah satu yang dia yakini bisa dijadikan solusi dari kemelut hidupnya adalah petunjuk Tuhannya, dalam hal ini melalui kitab suci-Nya. Dia meyakini bahwa petunjuk Tuhan itu akan selalu ada pada setiap waktu, asal manusia mau mengusahakannya. Seringkali petunjuk Tuhan hadir pada tempat, suasana yang tidak bisa diperkirakan.
Seseorang yang menginginkan petunjuk dari Tuhannya hendaknya berlaku menyerhkan diri secara totalitas dan mengakui segal kealpaan yan dilakukannya. Si aku merasa bahwa dirinya adalah seorang pendosa. Tapi ditengah kegalauanya tersebut dia merasa terpanggil oleh ”suara” kebenaran dari Tuhannya, yang akan mengantarkannya pada kedamaian dan kebahagiaan.
Terakhir, si aku baru menyadari jika sebuah petunjuk baru bisa didapatkan setelah ada upaya untuk mengusahan petunjuk tersebut datang. Namun seringkali ketidakpastian menyebabkan seseorang termasuk ”aku”  merasa dirinya selalu diliputi keraguan untuk melangkah. 
2.4.  Analisis Lapis Keempat atau Realitas dari Titik Pandang Tertentu
 
Lapis keempat merupakan lapis ”dunia” yang dilihat dari sudut pandang tertentu, tetapi sudah ada secara implisit, sehingga tidak perlu dinyatakan. Dalam puisi yang berjudul “Surat” menggambarkan tentang pemaknaan hidup yang disandarkan pada sebuah pokok ajaran religi. Selain itu, nilai religiusitas juga dapat tercermin dari gambaran ajaran firman Tuhan yaitu kitab suci.
Dalam sajak ini, si aku menjadi  seseorang yang dipenuhi kebimbangan, keraguan, dalam proses pencarian sesuatu yang hakiki. Dalam agama kita mengenalnya dengan istilah prosesi makrifat, dalam puisi ini tercermin dengan adanya pertanyaan pada bait pertama, keenam dan kesepuluh.
mengapa ada sepi, pada mata yang luka? (bait satu)
sesali bara yang jadi abu?                         (bait enam)
mengapa ada sunyi, pada hati yang duka? (bait sepuluh, baris kedua) 
2.5.    Analisis Lapis Kelima atau Lapis Metafisis.
 
Dalam lapis kelima pada sajak yang berjudul ”Surat” poin yang bisa diambil adalah: bahwasanya seseorang harus punya pedoman hidup. Dan juga adanya keinginan agar setiap jiwa yang telah berbuat dosa agar segera bertaubat, kembali pada-Nya. 
2.6.    Bunyi
 
Dalam analisis tentang buni, kita harus mengetahui dan memahami konsep tentang:
  • Rima, yang didalamnya terdapat aspek, (a) asonansi, (b) alitrasi dan jenis-jenis rima.
  • Irama, yaitu paduan alunan lunak-kers, keras-lunak, tinggi-rendah, panjang-pendek, yang menimbulkan kemerduan.
  • Ragam Bunyi, seperti:metrum, ritme, euphony, cachopny, dan onomatape.
2.7.    Kata 
Yang meliputi pembicaraan tentang: kosakata, unsur ketatabahasaan, masalah denotatif dan konotatif, citraan, gaya kalimat, gaya sajak, dsb. Dalam Sajak ”Surat” beberapa hal yang masuk kedalamnya yaitu:
  1. majas personifikasi
  2. majas alegori
  3. gaya kalimat informatif dan deskriptif
  4. bersifat konotatif
  5. gaya bahasa retoris
  6. tatabahasa deduktif

Tuesday, 26 May 2015

Ironi Senja

Ironi  Senja
By Regina Maudy Octaviana
Bayangkanlah didalam senja yang berkabut ini….
Ketika hujan tak sudi lagi menciptakan kesejukan
Hingga kobaran api ciptakan gersang
Menatap liar para pencinta berbingkai dosa
Belaian lembut manja sang angin hanyalah ilusi
Yang katanya dapat memadamkan api pendendam
Agar yang bercinta tak cemas cintanya kan padam
Dan dewi cinta melukis indah diatas nirwana
Tapi tahukah kau tentang aku yang merenda bahagia tanpa cinta
Seolah aku menolak datangnya cinta dan menyakiti yang seharusnya dicinta
Mencederai semua yang berarti kasih sayang, terkasih dan dikasihi
Hingga sepasang merpati rela tubuhnya wangi darah

Yang Menjelma Cahaya

Yang Menjelma Cahaya
Karya : Regina Maudy Octaviana

Bagaikan warna berbalut sinar
Kau tebarkan keindahan di dalam kesedihan
Membuat setiap jiwa yang haus akan keadilan
Merindui akan kobaran semangatmu
Goresan hitam berdalih keadilan
Menghiasi  catatan sejarah pedih kehidupan
Ketika bingkai demokrasi hanya menjadi hiasan duniawi
Maka saat itulah kau berdiri singkirkan kuasa tirani
Saat cita dan cinta seakan bukan menjadi hak mu
Kau tegakkan lamgkah tuk meraih kembali sinar itu
Walau sering kau terluka dalam serpihan masa lalu
Kau tetap harum mewangi laksana melati
Aku tahu bahwa negeri ini terlalu kejam untuk kau singgahi
Ketika penguasa berdarah dingin menyeret mu kedalam penderitaan
Ya ! Penderitaan yang sakitnya menusuk kalbu
Kau tetap tersenyum bersama keyakinan yang terangkai indah dibenakmu
Kau telah taklukan berjuta nafas kesombongan
Demi kami yang kini mengisi kemerdekaan
Anggun budi pekertimu t’lah menyinari kami
Karena kaulah wanita yang menjelma cahaya
Terimakasih…
Terimakasih ku ucapkan bersama dinginnya angin malam
Serta raut wajah rembulan yang melukiskan indah tentang dirimu
Wahai wanita yang menjelma cahaya.

Selalu

Ku terpesona oleh kilauanmu Di saat pertama ku melihatmu Yang akhirnya aku inginkan dirimu Tanpa tersadari waktu telah berlalu Sebulan,...