Showing posts with label Agama. Show all posts
Showing posts with label Agama. Show all posts

Thursday, 25 June 2015

Worldview (Konsep Panadangan Hidup)



Alhamdulillah kajian pekan kedua al-Hikmah telah selesai dengan sukses dan hangat. Kajian yang sarat ilmu dan penuh berkah. Kajian kali ini mengangkat tema 'Worldview (Konsep Pandangan Hidup): Islam dan Barat.' Pemateri kita, Ustadz Dedi Jamaluddin, membawakan kajian yang super serius ini dengan santai, gaul dan keren. Super serius karena sedikit saja kita lengah maka akan banyak hal penting yang akan terlewatkan.

Worldview sebagaimana telah dijelaskan pada kajian sebelumnya adalah konsep, cara pandang atau keyakinan terhadap paradigma segala sesuatu. Worldview menjadi suatu yang sangat urgen sebagai pendorong dan penentu utama sikap seseorang dalam berbuat dan menanggapi sesuatu. Cara pandang seseorang sangat dipengaruhi oleh pendidikan, kebudayaan dan keluarga yang dienyam semenjak kecilnya; apa yang didengar, dibaca dan dilihat olehnya.

Menurut Abdurrahman al-Mansiry ilmu adalah hasil dari Tarikh dan Muqaranah. Ilmu adalah sejarah suatu kejadian dan hubungan antar satu kejadian dengan kejadian yang lain.  Sumber untuk mendapatkan pengetahuan tentang sesuatu ada tiga macam: 1. Panca Indra (hissun) 2. Akal Fikiran (aqlun) 3. Intusi (wijdan). Ketiga hal ini saling berkaitan dan tidak mungkin dipisahkan. Sebagaimana pembahasan sebelumnya, epistimologi, ontologi dan aksiologi adalah tiga hal yang berkaitan yang tidak mungkin membahas salah satunya dengan mengabaikan yang lainnya. Dipisahkan hanya untuk mempermudah kajian.

Kajian tentang humaniora dan peradaban adalah kajian yang panjang dan tidak putus2nya dilakukan oleh pemikir sejak dahulu. Pertanyaan2 tentang apa yang terjadi di masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang selalu menjadi perhatian manusia. Sudah menjadi fitrah manusia untuk bertanya tentang hakikat masalah ini. Pertanyaan2 yang disebut sebagai pertanyaan2 besar (al-Asilah al-Kubra) ini dikenal di ranah pemikiran Barat sebagai pertanyaan2 final (al-Asilah al-Nihaiyah), karena menjadi akhir dari rasa penasaran manusia yang tidak pernah terjawab.

Hanya saja dalam peradaban Islam pertanyaan2 ini disebut pertanyaan2 dasar (al-Asilah al-Bidaiyah), karena menjadi alasan nilai hidup dan tujuan seorang muslim. Peradaban Islam sejak awal adalah perdaban yang menyeluruh; vertikal dan horizontal, internal dan eksternal. Oleh karena itu yang menjadi dasar perdaban Islam ada tiga hal: 1. Beribadah dan menghamba diri kepada Allah ('Ibadatullah) 2. Menjadi khalifah memakmurkan bumi ('imarah al-Ardh) 3. Mensucikan dan mentarbiyah diri (tazkiyah al-nafs).

 Pemikiran yang terbentuk dalam diri seseorang melalui tiga tahap: 1. Worldview (Konsep dan cara pandang yang terbentuk dalam bawah sadarnya) 2. Frame work (paradigma yang dihasilkan) 3. Kajian logika dalam otaknya (menyangkut epistimologi, ontologi dan aksiologi).

Kajian perbandingan worldview yang ada di dalam Islam dengan yang ada diluar Islam dapat dilihat dari kekurangan media pemikiran Barat dalam mencapai kebenaran. Dalam kajian yang lalu telah dijelaskan bagaimana proses dan fase2 berkembangnya filsafat Barat. Dimulai dari nihilisme (tidak adanya kebenaran mutlak dan hanya ada kebenaran lokal). Kemudian rasionalisme dan akal sebagai penentu kebenaran. Kemudian empirisme pembuktian karena akal terlalu subjektif. Emprisme pun gagal karena mustahil memisahkan objek dari subjeknya. Dan kemudian berakhir dengan relativisme, tidak adanya kebenaran mutlak, balik lagi ke nihilisme.

Dalam Islam worldview yang ditanamkan lebih luas karena mencakup segala hal yang tidak tercapai akal manusia, hal2 gaib (ma wara al-thabi'ah). Wahyu menuntun akal manusia mencapai kebenaran yang hakiki. Hal2 yang tidak terjawab oleh akal dijawab oleh wahyu. Islam juga mampu menyatukan worldview berbagai macam kebudayaan yang ada. Kebudayaan Arab, Persia, Romawi, Mesir, Mesopotamia dan India disatukan dalam kerangka pemikiran Islami tentang kehidupan. Semua hal2 baru mampu terjawab dan disesuaikan dalam pola pikir Islami. Bukannya menjadi lawan yang membatalkan tapi malah menjadi maslahat yang memperkaya khazanah pemikiran Islam. Hal yang sangat berbeda dengan apa yang kita temukan di Eropa ketika terjadinya ambigu pemikiran dan kebenaran. Keputusasaan pemikiran menjadikan masyarakat Eropa pasrah kepada kebenaran absolut yang berasal dari gereja. Segala pemikiran baru yang bertentangan dengan doktrin gereja diberangus, menjadi lawan dan tidak diakui.

Setelah itu, kajian beranjak kepada bagaimana pembentukan paradigma (Binaa al-Mafahim).

Unsur2 penyusun ideologi yang dianut seseorang terdiri dari konsep2 ketuhanan, kehidupan, manusia dan ilmu pengetahuan yang diyakininya. Untuk mencapai suatu konsep yang benar dan bisa dipertanggungjawabkan haruslah melalui dua proses logika. Konsepsi dan persepsi. Konsepsi adalah definisi (tasawur) yang benar dan disepakati. Jami' mani' sehingga tidak terjadi kesalahpahaman makna kata. Persepsi adalah pernyataan (tashdiqat). Kalimat yang mengandung nilai benar atau salah. Landasan terkecil dalam pernyataan adalah kata yang sama2 dipahami melalui konsepsi yang benar.

Dalam Islam kebenaran berasal dari Allah SWT. Semua jawaban pertanyaan manusia terjawab di dalam dua dasar agama Islam; Al-Quran dan Hadis. Malah ada seorang ulama yang menyatakan bahwa al-Quran adalah jawaban2 yang terkumpul. Tugas manusia lah mencari pertanyaan2nya agar mengetahui urgensi jawaban2 tersebut. Namun Islam tidak menginginkan pemeluknya untuk taklid, menerima apa adanya dan berhenti berfikir. Dalam banyak ayat Allah selalu menyuruh hambanya untuk berfikir dan menggunakan akalnya untuk sampai kepada kebenaran. Dengan begitulah keimanan yang hakiki terbentuk dalam diri seseorang. Iman yang didasari ilmu dan bukan taklid buta. Bahkan surat yang pertama kali turun adalah ayat yang menyuruh untuk membaca, membaca alam dan dan mengolah kejadian2 pada diri manusia untuk mencapai makrifat hal2 yang tidak diketahui sebelumnya.

Pembentukan paradigma yang benar membutuhkan cara berfikir ilmiyah. Pertama, berpikir sistematis atau runut. Kejelasan urutan pemikiran point per point dengan didukung oleh dalil yang kuat. Kedua, menghindari salah fikir. Salah fikir terjadi dalam 4 keadaan: 1. Berpikir bolak balik, berputar-putar tanpa hasil, karena satu pernyataan tidak terjawab kecuali dari pemahaman pernyataan yang lain yang juga tidak dipahami kecuali dari pernyataan awal (al-Daur). 2. Pernyataan sambung menyambung tidak berpangkal dan tidak berujung (al-tasalsul). 3. Menegaskan suatu pernyataan tanpa ada dalil (al-Tarjih bila murajjih). 4. Kontradiksi, adanya satu pernyataan yang bertentangan atau berlawanan dengan pernyataan lainnya (al-Munafa).   

Saturday, 30 May 2015

Zaman Kejayaan Islam

Zaman Kejayaan Islam (sek. 750 M - sek. 1258 M) adalah masa ketika para filsuf, ilmuwan, dan insinyur di Dunia Islam menghasilkan banyak kontribusi terhadap perkembangan teknologi dan kebudayaan, baik dengan menjaga tradisi yang telah ada ataupun dengan menambahkan penemuan dan inovasi mereka sendiri.
Penyebab
Banyak dari perkembangan dan pembelajaran ini dapat dihubungan dengan geografi. Bahkan sebelum kehadiran Islam, kota Mekah merupakan pusat perdagangan di Jazirah Arab dan Muhammad sendiri merupakan seorang pedagang. Tradisi ziarah ke Mekah menjadi pusat pertukaran gaagasan dan barang. Pengaruh yang dipegang oleh para pedagang Muslim atas jalur perdagangan Afrika-Arab dan Arab-Asia sangat besar sekali. Akibatnya, peradaban Islam tumbuh, berkembang, dan meluas dengan berdasarkan pada ekonomi dagangnya, berkebalikan dengan orang-orang Kristen, India, dan Cina yang membangun masyarakat dengan berdasarkan kebangsawanan kepemilikan tanah pertanian. Pedagang membawa barang dagangan dan menyebarkan agama mereka ke Cina (berujung pada banyaknya penduduk Islam di Cina dengan perkiraan jumlah sekitar 37 juta orang, yang terutama merupakan etnis Uyghur Turk yang wilayahnya dikuasai oleh Cina), India, Asia tenggara, dan kerajaan-kerajaan di Afrika barat. Ketika para pedagang itu kembali ke Timur Tengah, mereka membawa serta penemuan-penemuan dan ilmu pengetahuan baru dari tempat-tempat tersebut.
Filsafat
Hanya dalam bidang filsafat, para ilmuwan Islam relatif dibatasi dalam menerapkan gagasan-gagasan nonortodoks mereka. Meskipun demikian, Ibnu Rushd dan polimat Persia Ibnu Sina membberikan kontribusi penting dalam melanjutkan karya-karya Aristoteles, yang gagasan-gagasannya mendominasi pemikiran nonkeagamaan dunia Islam dan Kristen. Mereka juga mengadopsi gagasan-gagasan dari Cina dan India, yang dengan demikian menambah pengetahuan mereka yang sudah ada sebelumnya. Ibnu Sina dan para pemikir spekulatif lainnya seperti al-Kindi dan al-Farabi menggabungkan Aristotelianisme dan Neoplatonisme dengan gagasan-gagasan lainnya yang diperkenalkan melalui Islam.
Literatur filsafat Arab diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan bahasa Ladino, yang ikut membantu perkembangan filsafat Eropa modern. Sosiolog-sejarawan Ibnu Khaldun, warga Kartago Konstantinus orang Afrika yang menerjemahkan naskah-naskah kedokteran Yunani dan kumpulan teknik matematika Al-Khwarzimi adalah tokoh-tokoh penting pada Zaman Kejayaan Islam. Pada masa ini juga terjadi perkembangan filsuf non-Muslim. Filsuf Yahudi Moses Maimonides yang tinggal di Andalusia adalah salah satu contohnya.
Sains
Banyak ilmuwan penting Islam yang hidup dan berkegiatan selama Zaman Kejayaan Islam. Di antara pencapaian para ilmuwan pada periode ini antara lain perkembangan trigonometri ke dalam bentuk modernnya (sangat menyederhanakan penggunaan praktiknya untuk memperhitungkan fase bulan), kemajuan pada bidang optik, dan kemajuan pada bidang astronomi.
Kedokteran
Kedokteran adalah bagian penting dari kebudayaan Islam Abad Pertengahan. Sebagai tanggapan atas keadaan pada waktu dan tempat mereka, para dokter Islam mengembangkan literature medis yang kompleks dan banyak yang meneliti dan menyintesa teori dan praktik kedokteran.
Kedokteran Islam dibangun dari tradisi, terutama pengetahuan teoretis dan praktis yang telah berkembang sebelumnya di Yunani, Romawi, dan Persia. Bagi para ilmuwan Islam, Galen dan Hippokrates adalah orang-orang yang unggul, disusul oleh para ilmuwan Hellenik di Iskandariyah. Para ilmuwan Islam menerjemahkan banyak sekali tulisan-tulisan Yunani ke bahasa Arab dan kemudian menghasilkan pengetahuan kedokteran baru dari naskah-naskah tersebut. Untuk menjadikan tradisi Yunani lebih mudah diakses, dipahami, dan diajarkan, para ilmuwan islam mengusulkan dan menjadikan lebih sistematis pengetahuan kedokteran Yunani-Romawi yang luas dan kadang inkonsisten dengan cara menulis ensikolpedia dan ikhtisar.
Pembelajaran Yunani dan Latin dipandang sangat jelek di Eropa Kristen Abad Pertengahan Awal, dan baru pada abad ke-12, setelah adanya penerjemahan dari bahasa Arab membuat Eropa Abad Pertengahan kembali mempelajari kedokteran Hellenik, termasuk karya-karya Galen dan Hippokrates. Dengan memberikan pengaruh yang setara atau mungkin lebih besar di Eropa Barat adalah Kanon Kedokteran karya Ibnu Sina, yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan dibuat manuskrip lalu dicetak dan disebarkan ke seluruh Eropa. Selama abad kelima belas dan keenam belas saja, karya tersebut diterbitkan lebih dari lima kali.
Di dunia Islam Abad Pertengahan, rumah sakit mulai dibangun di semua kota besar, misalnya di Kairo, rumah sakit Qalawun memiliki staf pegawai yang terdiri dari dokter, apoteker, dan suster. Orang juga dapat mengakses apotek, dan fasilitas penelitian yang menghasilkan kemajuan pada pemahaman mengenai penyakit menular, dan penelitian mengenai mata serta mekanisme kerja mata.
Perdagangan
Selain di sungai Nil, Tigris dan Efrat, sungai-sungai yang dapat dilalui tidaklah banyak, jadi perjalanan lewat laut menjadi sangat penting. Ilmu navigasi amat sangat berkembang, menghasilkan penggunaan sekstan dasar (dikenal sebagai kamal). Ketika digabungankna dengan peta terinci pada periode ini, para pelaut berhasil berlayar menjelajahi samudara dan tak lagi perlu bersusah payah melalui gurun pasir. Para pelaut muslim juga berhasil menciptakan kapal dagang besar bertiang tiga ke Laut Tengah. Nama karavel kemungkinan berasal dari perahu terawal Arab yang dikenal sebagai qārib.[1] Sebuah kanal buatan yang menghubungkan sungai Nil dengan Terusan Suez dibangun, menghubungkan Laut Merah dengan Laut Tengah meskipun itu sering berlumpur.
Sumber: klik disini

Tuesday, 26 May 2015

Konsep Tuhan dalam Islam


Bukti keberadaan tuhan
Sebagian orang ketika ditanya apa bukti adanya tuhan, akan menjawab adanya kita dan adanya alam semesta menunjukkan adanya tuhan.
kalau kita buat dalam bentuk silogisme maka jawaban di atas bisa kita rangkai seperti ini.
P1. segala sesuatu yang ada, ada penyebabnya
P2. alam semesta ada
K. alam semesta ada penyebabnya
argumentasi seperti ini adalah argumentasi yang lemah. dengan premis global (P1) yang sama biasanya memunculkan pertanyaan yang mematikan, lalu siapa pencipta tuhan?
kalau disusun ulang pertanyaannya jadinya seperti ini
P1. segala sesuatu yang ada, ada penyebabnya
P2. tuhan ada
K. tuhan ada penyebabnya
Argumen penciptaan
- Diperkenalkan oleh al Ghazali dalam Al Iqtishad Fil I’tiqad
- Semua hal  yang berawal ada penyebabnya
- Alam semesta ada awalnya.
- Alam semesta ada penyebabnya.
kalau kita susun ulang argumentasinya akan jadi seperti ini
P1. segala sesuatu yang memiliki awal, ada penyebabnya
P2. alam semesta ada awalnya
K. alam semesta ada penyebabnya
dengan susunan silogisme seperti ini tidak bisa muncul pertanyaan siapa pencipta tuhan karena tuhan yang menyebabkan alam semesta ini tidak memiliki awal. tuhan, by definition, haruslah azali (tidak berawal dan berakhir).

أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ

dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?Al-Anbiya:  30

أَمْ خُلِقُوا مِنْ غَيْرِ شَيْءٍ أَمْ هُمُ الْخَالِقُونَ ﴿٣٥﴾ أَمْ خَلَقُوا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ ۚ بَل لَّا يُوقِنُونَ ﴿٣٦﴾
Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)? (35) Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu?; sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan). (36)
(Thur: 52)

ARGUMEN  RANCANGAN
Diperkenalkan Ibn Rusyd dalam kita Tahafut At Tahafut
Semua hal yang ada di dunia ini sesuai untuk keberlangsungan hidup manusia
Kesesuaian tersebut tidak mungkin merupakan kebetulan
Karena itu harus ada yang merancang kecocokan tersebut

QS al-Jatsiyah: 12 dan 13

اللَّهُ الَّذِي سَخَّرَ لَكُمُ الْبَحْرَ لِتَجْرِيَ الْفُلْكُ فِيهِ بِأَمْرِهِ وَلِتَبْتَغُوا مِن فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ ﴿١٢﴾ وَسَخَّرَ لَكُم مَّا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مِّنْهُ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ ﴿١٣﴾
Allah-lah yang menundukkan lautan untukmu supaya kapal-kapal dapat berlayar padanya dengan seizin-Nya dan supaya kamu dapat mencari karunia -Nya dan mudah-mudahan kamu bersyukur. (12) Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi
kaum yang berfikir. (13)

ARGUMEN FITRAH
- Diperkenalkan oleh Ibn Taymiyah
- Kalau tuhan ingin diketahui, manusia akan diberi bekal dalam dirinya.
- Manusia di manapun memiliki naluri bertuhan.
- Bukti-bukti keberadaan tuhan menunjukkan kita memiliki pengetahuan tentang tuhan
QS. Al-Araf: 36
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِن بَنِي آدَمَ مِن ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَا ۛ أَن تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَٰذَا غَافِلِينَ [٧:١٧٢]
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)."

KONSEP TAUHID
TAUHID
- Argumen keberadaan tuhan itu universal
- Tauhid artinya mengesakan Allah
- Tauhid berbeda dengan monoteisme
TAUHID RUBUBIYAH
-   Rabb berarti mengembangkan satu keadaan pada keadaan lain, sampai pada keadaan yang sempurna
Tauhid rububiyyah artinya Allah sebagai satu-satunya pencipta, pemilik, dan pengatur alam semesta
¢ Allah tidak membutuhkan pembantu dalam proses penciptaan
وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَهُمْ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ ۖ فَأَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ [٤٣:٨٧]
“Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: "Allah", maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah)?”
(QS. Al-Ankabut: 29)

مَا اتَّخَذَ اللَّهُ مِن وَلَدٍ وَمَا كَانَ مَعَهُ مِنْ إِلَٰهٍ ۚ إِذًا لَّذَهَبَ كُلُّ إِلَٰهٍ بِمَا خَلَقَ وَلَعَلَا بَعْضُهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ ۚ سُبْحَانَ
اللَّهِ عَمَّا يَصِفُونَ [٢٣:٩١]
“Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain) beserta-Nya, kalau ada tuhan beserta-Nya, masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu,”
(al-Muminun: 23)

TAUHID ULUHIYAH
¢ Tauhid rububiyah mewajibkan tauhid uluhiyah.
¢ Arti dari ilâh adalah ma'bûd (yang disembah/diibadahi), berasal dari kata alaha yang artinya 'abada (ibadah).
¢ Tauhid uluhiyyah artinya menjadikan Allah sebagai satu-satunya yang disembah dengan penuh kecintaan dan pengagungan

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ [٥١:٥٦]
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”
(al-Dzariyat: 51)

Asmaul Husna
¢ Pembicaraan tentang tuhan seharusnya bukan debat filsafat yang abstrak
¢ Allah memiliki nama-nama yang menunjukkan sifat-Nya
¢ Nama-nama tersebut semuanya adalah husna.
¢ Kita dianjurkan menyebutkan nama-nama baik tersebut ketika berdoa

Al hasyr
هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ ۖ هُوَ الرَّحْمَٰنُ الرَّحِيمُ ﴿٢٢﴾ هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلَامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ ۚ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ ﴿٢٣﴾ هُوَ اللَّهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ ۖ لَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ ۚ يُسَبِّحُ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ ﴿٢٤﴾




Konsekuensi Iman kepada Allah
¢ Selalu ingat Allah
¢ Patuh pada perintahnya
¢ Taubat atas dosa






Selalu

Ku terpesona oleh kilauanmu Di saat pertama ku melihatmu Yang akhirnya aku inginkan dirimu Tanpa tersadari waktu telah berlalu Sebulan,...