Showing posts with label Puisi. Show all posts
Showing posts with label Puisi. Show all posts

Tuesday 26 May 2015

Ironi Senja

Ironi  Senja
By Regina Maudy Octaviana
Bayangkanlah didalam senja yang berkabut ini….
Ketika hujan tak sudi lagi menciptakan kesejukan
Hingga kobaran api ciptakan gersang
Menatap liar para pencinta berbingkai dosa
Belaian lembut manja sang angin hanyalah ilusi
Yang katanya dapat memadamkan api pendendam
Agar yang bercinta tak cemas cintanya kan padam
Dan dewi cinta melukis indah diatas nirwana
Tapi tahukah kau tentang aku yang merenda bahagia tanpa cinta
Seolah aku menolak datangnya cinta dan menyakiti yang seharusnya dicinta
Mencederai semua yang berarti kasih sayang, terkasih dan dikasihi
Hingga sepasang merpati rela tubuhnya wangi darah

Yang Menjelma Cahaya

Yang Menjelma Cahaya
Karya : Regina Maudy Octaviana

Bagaikan warna berbalut sinar
Kau tebarkan keindahan di dalam kesedihan
Membuat setiap jiwa yang haus akan keadilan
Merindui akan kobaran semangatmu
Goresan hitam berdalih keadilan
Menghiasi  catatan sejarah pedih kehidupan
Ketika bingkai demokrasi hanya menjadi hiasan duniawi
Maka saat itulah kau berdiri singkirkan kuasa tirani
Saat cita dan cinta seakan bukan menjadi hak mu
Kau tegakkan lamgkah tuk meraih kembali sinar itu
Walau sering kau terluka dalam serpihan masa lalu
Kau tetap harum mewangi laksana melati
Aku tahu bahwa negeri ini terlalu kejam untuk kau singgahi
Ketika penguasa berdarah dingin menyeret mu kedalam penderitaan
Ya ! Penderitaan yang sakitnya menusuk kalbu
Kau tetap tersenyum bersama keyakinan yang terangkai indah dibenakmu
Kau telah taklukan berjuta nafas kesombongan
Demi kami yang kini mengisi kemerdekaan
Anggun budi pekertimu t’lah menyinari kami
Karena kaulah wanita yang menjelma cahaya
Terimakasih…
Terimakasih ku ucapkan bersama dinginnya angin malam
Serta raut wajah rembulan yang melukiskan indah tentang dirimu
Wahai wanita yang menjelma cahaya.

-RINDU INI TERLALU KURANG AJAR-

 -RINDU INI TERLALU KURANG AJAR-
 Karya: Regina Maudy Octaviana


Malam mencaci pengabaian
Terang bulan redup ketakutan
Imajinasiku itu hadir secara nakal menembus akal
Semoga bukan pertanda sebuah sesal..

Dan untuk kau yang mimpinya kemarin ku curi
Teruslah kau bersemayam dihatiku
Tenang saja takkan kubiarkan kau sedetikpun lari
Atau sekalipun hanya terlepas sesaat

Aku benar2 tak bisa mematikan kasih yang kurang ajar ini
Sehingga Luka yang selalu kau berikan aku nikmati
Dan jika kau ingin menyakitiku lagi seperti kemarin
Akan ku tebus semuanya dengan kenangan manis sampai mati

Karena aku merindukanmu....
Maka akan ku jelaskan bahwa rindu ini terlalu kurang ajar
Karena aku memiliki hasrat mempertahankanmu
Maka justru akan ku pastikan ku pantas untuk kau perjuangkan


Selalu

Ku terpesona oleh kilauanmu Di saat pertama ku melihatmu Yang akhirnya aku inginkan dirimu Tanpa tersadari waktu telah berlalu Sebulan,...